Kata pembuka dari saya:

Blog ini saya buat dengan tujuan utama berbagi sedikit informasi akan dunia Investasi, tapi tentunya yang ada kaitannya dengan kegiatan saya dalam ber-Investasi, selamat menikmati dan semoga bermanfaat..........AMIEN.

Surabaya, 30 April 2011
PeaPeace

Senin, 04 Juni 2012

Obrolan PortareFolium "040612"

Salam jumpa lagi dari saya bagi seluruh pemerhati blog ini, siang ini awalnya saya mau nulis jurnal baru. Tapi saat saya perhatikan kondisi market saat ini yang saya rasa relevan dengan salah satu topik yang sudah lama ingin saya angkat dalam suatu Obrolan maka alih-alih menulis Jurnal Harian saya justru menulis Obrolan PortareFolium. Topik yang saya angkat kali ini adalah BUY, SELL, HOLD, or ???

Bagi sebagian orang kegiatan perdagangan identik dengan aktivitas jual-beli. Iseng-iseng saya browsing gambar dan saya menemukan gambar berikut:


Gambar diatas menarik perhatian saya, karena selain ada kata BUY & SELL maka muncul kata lain yaitu HOLD. Mungkin bagi pelaku pasar modal, HOLD sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari aktivitas Jual-Beli di pasar modal. Apakah aktivitas Jual-Beli di luar pasar modal juga mengenal istilah HOLD? dan Apakah sebenarnya definisi yang tepat untuk HOLD tersebut?

Oke nanti saya akan coba jawab satu persatu dari dua pertanyaan diatas. Diluar Pasar Modal kita pastinya mudah menjumpai aktivitas jual-beli pada wadah/tempat yang punya embel-embel kata pasar, dan yang melintas pertama dibenak saya adalah PASAR TRADISIONAL. Adakah opsi HOLD dipasar tradisional?

Tampak seorang ibu sedang melakukan aksi penawaran harga tempe pada seorang pedagang tempe dipasar tradisional, selang beberapa saat ibu tersebut meninggalkan sang pedagang tanpa membeli tempe yang sebelumnya ingin dibelinya. Apa yang sebenarnya terjadi?
  1. Tidak adanya kesepakatan harga antara sang ibu dan pedagang tempe
  2. Pedagang tempe tidak melepas tempe-nya (HOLD) dikarenakan harga penawaran sang ibu hanya memberikan keuntungan dibawah target untung, tidak ada keuntungan sama sekali, atau bahkan bisa membuat dia rugi.
jika kita perhatikan ilustrasi diatas tentu kita tidak tahu apa yang ada dalam benak si pedagang tempe, dengan sang ibu yang berjalan meninggalkannya maka hilanglah kesempatan dia untuk melepas dagangannya, terancam pulang dengan tangan hampa, dan pastinya terancam pula dengan resiko merugi pada hari itu. Yang saya tahu hanya satu hal, yaitu si pedagang tempe adalah seorang pedagang tulen. Karena dia telah berusaha disiplin menjalankan TRADING PLAN-nya.

Dari ilustrasi diatas saya coba untuk menjawab pertanyaan kedua, yaitu apakah sebenarnya definisi dari HOLD? Hold adalah langkah yang diambil pedagang, dengan tidak menjual barang dagangannya jika harga penawaran tidak sesuai dengan harga jual yang sudah direncanakan sebelumnya.

Dari sini ilustrasi diatas masih dapat dikembangkan lagi, kita lanjutkan aksi nongkrong kita didalam pasar tradisional tersebut dan fokus pada aksi sang pedagang tempe. Menjelang jam tutup pasar, sang pedagang menyadari bahwa ternyata masih ada tempe yang masih belum terjual. Dia sekarang dihadapkan pada  2 opsi:
  1. Mempertahankan harga jual
  2. Menurunkan harga jual
Opsi kedua diatas biasa disebut CutLoss oleh pelaku pasar modal, tujuan utama pengambilan opsi cutloss ini sebenarnya adalah memperkecil potensi kerugian yang bakal dipikul dan jika si pedagang tempe tersebut benar-benar pedagang tulen maka opsi CutLoss ini sebenarnya juga sudah dimasukkan pula dalam Trading Plan-nya.

Sampai di paragraf ini saya tidak menyalahkan sebagian pembaca yang membayangkan bahwa saya tak lain adalah karakter sang pedagang tempe tersebut, bukan maksud hati mau membuyarkan bayangan anda tersebut. Tapi izinkan saya "memperkenalkan" jati diri saya. Saya adalah sang Ibu yang mengurungkan niat-nya untuk membeli tempe tadi, hahahahahaha........ Dan sebagai pelengkap cerita, si Ibu tersebut ternyata membuka warung nasi pecel dirumahnya, jadi sebenarnya "Ibu" disini ternyata pedagang juga, hahahahaha.......

Sama halnya dengan si pedagang tempe, Sebagai pedagang nasi pecel yang tulen sebelum berangkat ke Pasar dia juga sebenarnya sudah menyiapkan pula Trading Plan. Persis juga dalam hal resiko yang bakal dihadapi jika dia gagal mendapatkan tempe diharga beli yang direncanakan maka "sang ibu" terancam tidak bisa melengkapi nasi pecelnya dengan lauk tempe. Sebagian pelanggan warungnya mungkin akan kecewa dan mengurungkan niat untuk membeli pecel di warung sang ibu pada hari tersebut, yang ujung-ujungnya sang ibu penjual pecel menghadapi potensi kerugian pula dihari tersebut.

Langkah sang ibu tidak membeli tempe pada hari itu semata-mata ingin disiplin dalam menjalankan perencanaan-nya. Inilah sebenarnya Inti dimana saya sangat tertarik dengan gambar diatas. Coba rasakan masa tidak bisa tanggap? Ya, gambar diatas belum lengkap, hahahaha. disitu cuman tampak BUY, SELL, & HOLD. Jika punya dagangan tetapi tidak di SELL disebut HOLD, maka disebut apakah jika kita dalam kondisi tidak punya dagangan tapi tidak melakukan tindakan BUY?

Itulah or??? yang ada dalam topik obrolan kita kali ini (BUY, SELL, HOLD, or ???). Saya sering kali menyebut opsi ini sebagai "duduk manis" alias sitting pretty, do nothing, atau tidak melakukan apapun (nggak beli, nggak jualan wong dagangan aja gak punya, apalagi hold? jauhhhhh, hehehehe)

Menurut saya ada kalanya "duduk manis" adalah opsi terbaik bagi seorang pedagang dalam usahanya mencetak laba/keuntungan sebesar-besarnya. Si Ibu penjual pecel tadi pasti sudah memperhitungkan potensi rugi yang mungkin saja bakal dia derita jika dia tetap nekad membeli tempe diharga tersebut pada hari itu.

Oke sekarang kita kembali lagi ke Pasar Modal, tempat saya biasa melakukan aksi jual-beli. sekalian kesempatan "mengawin-silangkan" antara Jurnal Harian dan Obrolan Portarefolium (padahal aslinya lagi males aja nulis sendiri-sendiri antara jurnal dan obrolan, wuahahahahaha).

berikut saya tampilkan terlebih dahulu grafik IHSG pada jurnal sebelumnya (klik kanan pada gambar lalu "open in a new tab untuk lihat lebih jelas"):


Tampak pada grafik saya diatas ternyata memang "pasca" jurnal terakhir IHSG bergerak didalam gap wave A1 dan wave A2 yang saya tarik sebelumnya. cuman emang garis A1 harus segera dihapus karena sudah tidak relevan. Tapi dilema muncul saat garis A1 dihapus, benarkah wave A sudah mencapai bottom? perhatikan grafik dibawah ini.

 

Kalo hari ini IHSG ditutup turun 4,1% maka asumsi bahwa wave A sudah mencapai bottom (kebeneran saat saya nulis kalimat ini IHSG mendekati Closing dan saat ini berada di minus 3,82%) semakin tampak menjadi kenyataan. Cuman satu hal yang masih menghalangi saya untuk melakukan pembelian. DJI masih belum nyentuh support-nya, kalau nanti malem DJI ngejar supportnya bisa berabe (betawi) IHSG besok. Munculnya opsi wave A2 yang menurut grafik diatas tidak terlalu jauh letaknya (masih dalam minggu ini) juga turut menjadi perhatian saya.

Berikut grafik DJI


Tampak pada grafik diatas DJI Jum'at minggu lalu berada dalam trend turun dengan support terdekat di 11.850.

Harga emas memang naik cukup drastis Jum'at kemarin (sekitar 3%), tapi "it's not my concern" saya lebih cenderung memilih mengurungkan niat beli pada hari ini (04 Juni 2012) karena faktor trend turun pada Dow Jones Industrial.

Oke selamat sore dan sampai jumpa lagi, pada Jurnal atau pada Obrolan berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar